Halaman

Sabtu, 03 Maret 2012

Membongkar Mitos Kejadian Perempuan

“Saling pesan-memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok.” [HR. Bukhari, Muslim, Tirmidi dari Abu Hurairah]

Hadits di atas menunjukkan tentang awal mula kejadian perempuan. Namun bagaimana kita memperlakukan perempuan? Apakah perempuan lebih rendah dari laki-laki? Karena diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok.

Berbicara soal perempuan memang tidak akan ada habisnya. ada saja, sisi-sisi perempuan yang menarik untuk dibicarakan. Mulai dari wajahnya, bodynya, jalannya hingga sampai bedak apa yang dia pakai. Maka tak heran jika perempuan menjadi isu utama dalam masyarakat. Sampai-sampai dalam Al-Qur’an terdapat surat al-Nisa’ (perempuan). Ini menunjukkan ada ‘perhatian khusus’ terhadap perempuan.

Kalau kita lihat dari awal mula kejadian perempuan – dengan merujuk pada hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan Tirmidi, dan juga pada Kitab Perjanjian Lama (Kejadian: 2: 21-22) – terlihat jelas bahwa perempuan dijadikan oleh Tuhan dari tulang rusuk laki-laki (Adam). Dan dalam hadits ini pula ditambahkan kata “yang bengkok”, berarti tulang rusuk yang bengkok. Dari hadits ini kita tidak bisa memandang secara sekilas, karena akan menimbulkan kesalah pahaman bahwa, perempuan itu lebih rendah dari laki-laki hanya karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki.

Dalam memahami hadits ini, Quraish Shihab menulis: “tulang rusuk yang bengkok harus dipahami dalam pengertian majazi (kiasan), dalam arti bahwa hadits tersebut memperingatkan para lelaki agar menghadapi perempuan dengan bijaksana. Karena ada sifat, karakter, dan kecenderungan mereka yang tidak sama dengan lelaki, hal mana bila tidak disadari akan dapat mengantar kaum lelaki untuk bersifat tidak wajar. Mereka tidak akan mampu mengubah karakter dan sifat bawaan perempuan. Kalaupun mereka berusaha akibatnya akan fatal, sebagaimana fatalnya meluruskan tulang rusuk yang bengkok.”

Dari apa yang disampaikan oleh Quraish Shihab di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kaum lelaki tidak boleh berbuat seenaknya saja terhadap perempuan dan memandang rendah terhadap perempuan. Memang, sering kali terjadi bahwa laki-laki tidak sadar bahwa dirinya telah merendahkan derajat perempuan, namun mereka (kaum lelaki) menganggap itu biasa-biasa saja dan malah berdalih dengan dasar dari doktrin keagamaan.

Dalam hal ini kita harus berani untuk “membongkar” doktrin-doktrin keagamaan yang merendahkan derajat perempuan tersebut. Karena kita semua tahu bahwa doktrin-doktrin tersebut telah mengakar-rumput di tengah masyarakat kita. Dan tidak jarang juga, bahwa para perempuan tidak sadar bahwa dirinya direndahkan.

Maka, dari sini kita tidak akan hanya membicarakan perempuan hanya dari segi wajah, body dan tetek bengeknya, namun lebih pada hal-hal yang bersifat esensial yaitu posisi perempuan itu sendiri dan bagaimana kita “memandang” dan “memperlakukan” perempuan.

Source: M. Quraish Shihab, Membumikan Al Qur'an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994), cet. III.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar