Cinta mempunyai berbagai jenis dan sebab. Pertama, cinta yang terjalin dengan cepat, tapi pupusnya juga cepat; kedua, cinta yang terjalin dengan cepat, tapi pupusnya lambat; ketiga, cinta yang terjalin lambat, tapi pupusnya cepat; keempat, cinta yang terjalin dengan lambat, tapi pupusnya lambat.
Terbaginya cinta menjadi jenis ini hanya karena sasaran yang menjadi tujuan kehendak dan tindakan manusia ada tiga, dan ketiganya berpadu membentuk sasaan keempatnya. Keempat sasaran ini adalah kenikmatan, kebaikan, kegunaan dan paduan ketiganya. Karena inilah sasaran yang berupaya dicapai manusia, maka tentunya ini pulalah penyebab cinta pada mereka yang membatu mencapainya.
Cinta yang timbul karena kenikmatan adalah cinta yang terjalin cepat, tapi pupusnya juga cepat. Hal ini karena kenikmatan cepat berubah. Cinta yang timbul karena kebaikan adalah cinta yang terjalin cepat, tapi pupusnya lambat. Cinta yang timbul karena manfaat adalah cinta yang terjalin lambat, namun pupusnya cepat. Adapun cinta yang timbul karena paduan sebab-sebab di atas, apabila paduan ini mencangkup kebaikan, maka cinta seperti itu terjalin lambat, tapi pupusnya lambat. Seluruh jenis cerita ini hanya terdapat pada manusia, karena cinta ini melibatkan kehendak dan pikiran dan ada perolehan dan balasan di dalamya.
Lain halnya dengan jalinan cinta pada hewan yang tak berakal. Cinta mereka lebih tepat disebut afinitas (daya tarik). Dan itupun hanya terjadi di kalangan hewan-hewan yang sejenis. Sebaliknya benda-benda yang tak berjiwa, seperti batu atau yang sejenis dengan itu misalnya, pada mereka tidak ada cinta, kecuali hanya kecenderungan alami kepada pusat-pusat yang berkenaan denganya.
Meskipun demikian, ada kalanya juga di antara benda-benda mati ini terjadi perbedaan atau kesamaan yang didasarkan pada temperamennya yang terbentuk dari unsur-unsur pertamanya. Temperamen ini banyak jumlahnya. Kalau kemudian di antaranya ada satu hal yang dihubungan proporsi selaras, proporsi angka atau geometris, maka akan terjadilah bermacam-macam bentuk kesamaan pada benda-benda mati tersebut.
Dengan demikian, apabila terjadi kebalikan dari masing-masing proporsi itu, maka dengan sendirinya akan terjadi pula perbedaan pada bendabenda itu. Kebalikan itu juga akan memiliki ciri-ciri khas yang merupakan daya-daya unik, dan yang disebut rahasia-rahasia alam. Ini terjadi khususnya dalam kasus proporsi keselarasan, yang merupakan proporsi paling mulia setelah hubungan persamaan.
Temperamen-temperamen yang didasarkan pada proporsi-proporsi ini masih merupakan misteri yang sulit terpecahkan. Daya dan ciri khas yang terjadi pada temperamen sebagai hasil dari proporsi-proprosi di atas tidak terdapat pada unsur-unsur primer itu sendiri.[]
Source: Ibn Miskawaih, Menuju kesempurnaan Akhak; Buku Daras Pertama Tentang Filsafat Etika, (terj.) Helmi Hidayat, dari judul asli Tahdib al-Akhlaq, (Bandung: Mizan, 1998), cet. iv
Tidak ada komentar:
Posting Komentar