Sering kita jumpai di media cetak maupun elektronik pemberitaan tentang kelakuan sekumpulan orang yang -menurut saya- tergolong abnormal. Bagaimana tidak! Telanjang alias bugil di tempat publik. Mereka malakukannya seolah-olah itu adalah hal yang biasa dan dianggap sesuatu yang manusiawi. Jika seperti itu, apa bedanya dengan hewan?
Anehnya, kaum naturis atau nudis(sebutan bagi orang telanjang atau bugil di tempat publik) semakin mendapat tempat di masyarakat negara-negara Eropa dengan tersedianya berbagai tempat yang mengakomodasi mereka. Hal ini seakan bertolak belakang dengan kemajuan-kemajuan keilmuan yang mereka banggakan, namun dengan peradaban yang semakin rendah.
Sekitar Nopember 2011 pemerintah Swiss melalui Mahkamah Agung mengeluarkan aturan terbaru yang melarang siapapun berkeliaran di tempat publik tanpa busana. Itu berarti aparat terkait dapat menangkap mereka yang melakukan aktifitas tanpa busana di tempat publik. Mahkamah Agung negara tersebut beralasan bahwa, ”Melakukan aktivitas tanpa busana di tempat publik adalah sebuah pelanggaran terhadap adat kesopanan.”
Etika dalam Berpakaian
Ada beberapa alasan kenapa kita berpakaian. Bagi orang beragama tentu sudah mengerti, kenapa harus berpakaian? Selain etika berpakaian, menutup aurat adalah hal terpenting dalam berpakaian. Walaupun banyak penafsiran tentang pakaian sebagai penutup aurat, setidaknya sebagai manusia yang berpikir dan diberi akal oleh Tuhan, bisa dipikirkan, apa gunanya berpakaian jika tidak menutup aurat? Terserah bagaimana menafsirkan pakaian tersebut, yang penting menutup aurat.
Berikut beberapa etika dalam berpakaian yang saya kutip dari organisasi.org:
1. Menutup Aurat Bagian Tubuh
Sering kita jumpai gadis atau wanita yang tidak menutup aurat dengan bajunya, sehingga dapat memunculkan rangsangan kepada kaum laki-laki yang melihatnya. Begitupun sebaliknya kaum laki-laki yang tidak menutup aurat. Ada banyak pilihan pakaian yang tertutup dan sopan yang bisa digunakan tanpa mengurangi kecantikan/ketampanan seseorang. Seharusnya pemerintah memberikan teguran atau mungkin hukuman bagi orang-orang yang mengumbar tubuhnya.
2. Sesuai Dengan Tujuan, Situasi dan Kondisi Lingkungan
Jika ingin sekolah gunakanlah pakaian seragam sekolah, bukan pakaian untuk tidur (piyama), renang, kerja, dan lain-lain. Apabila suhu di luar rumah sangat dingin, gunakanlah jaket yang tebal, bukan memakai pakaian tipis.
3. Tampak Rapi, Bersih, Sehat, dan Ukurannya Pas
Pakaian yang dipakai sebaiknya pakaian yang telah dicuci bersih, disetrika rapi dan jika dipakai tidak kebesaran maupun kekecilan. Bisa diraba sendiri bagaimana pakaian yang kebesaran dan kekecilan. Pakaian yang kotor merupakan sarang penyakit bagi kita diri sendiri maupun kepada oang lain yang ada di sekitarnya.
4. Tidak Mengganggu Orang Lain
Pakailah baju-baju yang biasa-biasa saja tidak mengganggu akifitas maupun kenyamanan orang lain. Misalnya menggunakan gaun wanita dengan ekor puluhan meter, baju kebesaran dengan banyak kain berikut dengan warnanya yang gelap sangat tidak pantas jika kita gunakan di tempat seperti di bus umum.
5. Tidak Melanggar Hukum Negara dan Hukum Agama
Sebelum memakai pakaian ada baiknya diingat-ingat dulu hukum di dalam maupun di luar negeri. Hindari memakai pakaian yang bertentangan dengan adat istiadat, hukum budaya yang berlaku di tempat tersebut. Di mana bumi di pijak, di situ langit di junjung.
Trend dan Mode
Semakin berkembangnya zaman tentu perkembangan budaya juga tak lepas darinya, termasuk budaya berpakaian (trend dan mode). Saat ini masyarakat banyak disuguhi oleh beraneka macam trend dan mode yang kadang membuat saya atau mungkin kebanyakan masyarakat menjadi geli jika melihatnya.
Namun yang perlu digaris bawahi adalah manfaat dan tujuan berpakaian itu sendiri sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Trend atau mode itu tidak salah dan malah akan menjadi seni yang menarik jika itu semua bisa di tempatkan pada tempatnya. Masyarakat pun tidak akan munafik akan hal itu.
Sebagai manusia yang memiliki naluri seni walaupun cuma sedikit tentu akan berkreasi dengan ide-ide berpakaian. Namun di sisi lain manusia itu juga makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia lain dan berpijak pada tempat yang memiliki budaya, tradisi maupun aturan, seyogyanyalah berpakaian itu menjadi sebuah pertimbangan.
Harapannya, pakaian itu bisa menjadikan manusia lebih bermartabat, manjadi salah satu pembeda antara manusia dan hewan, selain akal dan verbalnya manusia. Sebagaimana tujuan pendidikan, pakaian juga menjadi -bukan sekedar- sebuah simbol bahwa kita benar-benar telah memanusiakan manusia.[]
Source:
vivanews.com
organisasi.org
aswaja-nu.com
nu.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar