Jumat, 29 Maret 2013
Antara Kenaikan dan Wafat Isa Al-Masih
Orang bijak selalu mengatakan, "dalam setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Ambil saja dalam setiap kejadian itu sebagai pelajaran (ibroh)."
Ketika tadi pagi aku melihat kalender, ternyata baru nyadar bahwa hari ini adalah tanggal merah alias hari libur, bagi yang libur sih. kalau tak salah hari ini adalah hari "Kenaikan Isa Almasih" atau sebagian orang menyebutnya dengan "Wafat Isa Almasih." Terserahlah apapun mereka menyebutnya yang penting hari ini adalah hari libur, hehe...
Namun, terlepas dari hari ini dijadikan sebagai hari libur nasional ada sesuatu yang menurutku menjadi sebuah pangkal perbedaan yaitu penyebutan antara "Kenaikan Isa Almasih dan Wafat Isa Almasih." Dari makna kata itu sendiri sebenarnya sudah menunjukkan sebuah perbedaan. Naik dan Wafat. Dari sini pulalah pangkal sebuah teologi ketuhanan muncul. Perbedaan interpretasi tentang Isa Almasih. Apakah dia meninggal? Ataukah dia masih hidup?
Mungkin kita semua tahu, bahwa ini adalah perbedaan teologi antara umat Islam dan umat Kristen. Orang Islam menyebutkan bahwa Isa Almasih masih hidup dan dia di angkat ke langit oleh Allah. Sedangkan orang Kristen menyebutkan bahwa Isa Almasih telah wafat dan wafatnya itu pulalah yang diyakini sebagai sebuah penebusan dosa untuk para umatnya.
Dalam Al-Qur'an ada sebuah referensi, "Kebalikannya, Allah telah mengangkat ia kepada-Nya... ." (QS. An-Nisa [4]: 159). Inilah yang dijadikan dasar orang Islam mengatakan bahwa Isa Almasih itu masih hidup dan dia diangkat oleh Allah. Entah diangkat secara jasmani atau rohani, dikalangan para penafsir pun juga terjadi perbedaan pendapat. Hal ini juga didukung oleh perkataan Nabi Muhammad dengan mengacu pada Al-Qur'an bahwa "dikemudian hari akan turun sosok Isa almasih" sehingga umat Islam meyakini bahwa Isa Almasih masih hidup dan nanti akan turun ke bumi.
Aku gak mau mengulas terlalu dalam tentang perbedaan pandangan tentang kenaikan atau wafatnya Isa Almasih. Selain kemampuanku yang minim, pembahasan masalah ini benar-benar butuh pemikiran yang matang dan pengetahuan yang luas. Maklumlah karena hal ini berkaitan dengan masalah teologi dua agama, Islam dan Kristen.
Perbedaan inilah yang juga memunculkan dua pandangan yang kemudian menjadi keyakinan tentang Isa Almasih itu Tuhan atau bukan. Dan yang namanya keyakinan sampai kapan pun tidak bisa disatukan.
Mungkin kita ambil pelajaran aja lah. Bagaimana kita menghormati keyakinan orang lain. Menghargai pendapat orang lain walau sebenarnya tak sependapat. Mungkin dari kejadian itu ada sisi-sisi yang belum terungkap. Perlu adanya sikap kedewasaan untuk menyikapi kajadian tentang Isa Almasih tersebut. Benturan keyakinan itu pasti namun setidaknya tidak terjadi benturan keyakinan yang 'membabi buta.'
Sabtu, 09 Maret 2013
Kepercayaan
Kita semua pasti mengakui bahwa manusia itu adalah makhluk yang paling komplit dan kompleks. Susunan "adenine guanine timin" dan "sitosin" pada DNA melahirkan jutaan manusia yang tidak sama persis satu dengan lainnya. [Etty Indriati].
Contoh sederhana adalah sidik jari. Diantara manusia yang ada di dunia ini pasti mempunyai sidik jari yang berbeda dan tak satupun ada yang sama.
Di sisi lain, sekomplit dan sekompleksnya manusia pasti tak lepas dari sebuah proses atau siklus manusia itu sendiri. Tidak mungkin seorang manusia itu besar dengan sendirinya. Yang asalnya tak berada menjadi berada. Yang asalnya tak di anggap manusia menjadi di anggap manusia.
Kita pun bisa melihat tanda perubahan siklus yang ada pada manusia. Sekedar contoh, menstruasi adalah siklus reproduksi yang menandai sehat dan berfungsinya organ-organ reproduksi perempuan. Menstruasi menandakan kematangan seksual seorang perempuan dalam arti ia mempunyai ovum yang siap dibuahi, bisa hamil, dan melahirkan anak. Dalam bahasa agama siklus ini biasa disebut dengan haidh. [Badriyah Fayyumi]
Begitu pun ketika dewasa, manusia itu akan mengalami sebuah perubahan melalui sebuah proses atau siklus yang terkadang kita sendiri tak menyadarinya. Sadar atau tidak, proses inilah yang nantinya akan mendewasakan kita atau malah sebaliknya. Membuat kita menjadi lebih baik atau malah sebaliknya. Membuat kita lebih mengerti atau malah sebaliknya. Dan di sinilah ada yang namanya sebuah perubahan.
Perubahan itu tidak datang dengan sendirinya, sekali lagi, ini juga melalui sebuah proses atau siklus pada manusia. Ada kalanya perubahan itu datang dari diri kita sendiri, ada pula perubahan itu karena ada pengaruh-pengaruh energi dari luar diri kita.
Dari manakah perubahan pada diri kita itu datang?
Kita tak bisa menghindar dari sebuah perubahan, walau kadang kita sendiri tak tahu perubahan seperti apa itu? Tahu atau tidak, setidaknya kita punya sebuah pegangan. Dan pegangan itu adalah kepercayaan.
Soe Hok Gie pernah berpesan dalam puisinya:
"Buat apa menghindar?
Cepat atau lambat, Suka atau tidak suka,
Perubahan hanya soal waktu,
Semua boleh berubah, semua boleh baru,
Tapi satu yang harus dipegang;
Kepercayaan."
Contoh sederhana adalah sidik jari. Diantara manusia yang ada di dunia ini pasti mempunyai sidik jari yang berbeda dan tak satupun ada yang sama.
Di sisi lain, sekomplit dan sekompleksnya manusia pasti tak lepas dari sebuah proses atau siklus manusia itu sendiri. Tidak mungkin seorang manusia itu besar dengan sendirinya. Yang asalnya tak berada menjadi berada. Yang asalnya tak di anggap manusia menjadi di anggap manusia.
Kita pun bisa melihat tanda perubahan siklus yang ada pada manusia. Sekedar contoh, menstruasi adalah siklus reproduksi yang menandai sehat dan berfungsinya organ-organ reproduksi perempuan. Menstruasi menandakan kematangan seksual seorang perempuan dalam arti ia mempunyai ovum yang siap dibuahi, bisa hamil, dan melahirkan anak. Dalam bahasa agama siklus ini biasa disebut dengan haidh. [Badriyah Fayyumi]
Begitu pun ketika dewasa, manusia itu akan mengalami sebuah perubahan melalui sebuah proses atau siklus yang terkadang kita sendiri tak menyadarinya. Sadar atau tidak, proses inilah yang nantinya akan mendewasakan kita atau malah sebaliknya. Membuat kita menjadi lebih baik atau malah sebaliknya. Membuat kita lebih mengerti atau malah sebaliknya. Dan di sinilah ada yang namanya sebuah perubahan.
Perubahan itu tidak datang dengan sendirinya, sekali lagi, ini juga melalui sebuah proses atau siklus pada manusia. Ada kalanya perubahan itu datang dari diri kita sendiri, ada pula perubahan itu karena ada pengaruh-pengaruh energi dari luar diri kita.
Dari manakah perubahan pada diri kita itu datang?
Kita tak bisa menghindar dari sebuah perubahan, walau kadang kita sendiri tak tahu perubahan seperti apa itu? Tahu atau tidak, setidaknya kita punya sebuah pegangan. Dan pegangan itu adalah kepercayaan.
Soe Hok Gie pernah berpesan dalam puisinya:
"Buat apa menghindar?
Cepat atau lambat, Suka atau tidak suka,
Perubahan hanya soal waktu,
Semua boleh berubah, semua boleh baru,
Tapi satu yang harus dipegang;
Kepercayaan."
Langganan:
Postingan (Atom)